nyanyian sebelum mati
>> Saturday, 15 August 2009
berat kepalaku
ayun ayunan malam sudah makin lengah
dan kau sedang mainkan hatiku
lewat lagu gubahanmu sendiri
kakiku masih berlari jauhi petikan nadamu
tapi ini pijakan belum kuat benar
dan makin jauh aku makin merindukanmu
makin jauh aku makin gundah
apa kekuatanku sudah habis
sudah menipis
dimakan rayap
rayap rayap waktu yang tumbuh besar setiap detik
dan kau tertawa
di setiap alinea kehidupanku
di setiap torehan langkahku
dan kalimat yang tumpah dari mulutku
dan kau penuh miris menutup sebelah matamu
mesti kugenggam hartaku dari jantung satu satunya
dan selembar kesucian yang sudah kau jadikan selimut
kau masih terdiam
dengan tawa yang tidak terdengar
tidak terlihat
seperti pedang tak nampak mengirisku kecil kecil
hidup hidup
seperti satu jiwaku yang tersiksa
hidup di imajinasi liar yang penuh darah
menyiksaku seperti tiang gantungan yang menunggu tugas
seperti orang orang di tanah lapang yang menunggu atraksi
sedang berkumpul di alun alun menunggu satu nyawa lewat dan terbang
kubiarkan jantungku berlarian
berontak seperti kuda liar dan tidak terkekang
aku masih gemetar menunggu malam menghilang
tiap detik seperti palu berat yang kelamaan datang
tiap menitnya bikin rambutku memutih dan keriput
hai malam cepatlah kau pulang
pergi dari sini dan tinggalkan jiwa liarku yang menunggu tenang
miris, ngilu dan perih
semoga pagi datang bawakan aku tali kekang
dan semua jiwa lelap dengan tenang
dibawah terang